Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp NarasiTimur.Com
+Gabung
JAKARTA, NarasiTimur.com– Program strategis pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menargetkan puluhan juta penerima manfaat, telah memicu lonjakan permintaan yang signifikan terhadap sumber protein hewani, terutama telur ayam ras.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, sebelumnya menyampaikan bahwa eskalasi target penerima manfaat MBG menuntut peningkatan kapasitas produksi peternakan dalam negeri.
Telur dan daging ayam ras menjadi komoditas kunci dalam menu gizi seimbang MBG.
Seiring dengan bertambahnya jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG di seluruh Indonesia, kebutuhan harian akan telur melonjak drastis.
Pemerintah, melalui Badan Gizi Nasional (BGN), pernah menargetkan penyerapan hingga 82,9 juta butir telur per hari untuk mendukung program ini.
Tantangan Pasokan
Meskipun Indonesia saat ini berstatus swasembada telur dan daging ayam, lonjakan permintaan dari program MBG yang sempat membuat harga telur dan daging ayam naik dan menjadi pemicu inflasi Oktober 2025 memaksa Kementan untuk melonggarkan batasan produksi.
Untuk memenuhi kebutuhan harian yang masif, BGN memperkirakan setidaknya dibutuhkan hingga 100 juta hingga 120 juta ekor ayam petelur tambahan di tingkat nasional.
“Seiring dengan program makan bergizi yang juga saat ini sedang digenjot realisasi pendirian dapurnya, kita di sektor perunggasan harus menyiapkan diri,” ujar Agung Suganda dalam sebuah kesempatan.
Strategi Kementan
Kementan menegaskan komitmennya untuk berkoordinasi dengan seluruh pelaku usaha perunggasan, baik peternak broiler (ayam pedaging) maupun layer (ayam petelur), untuk merumuskan strategi peningkatan pasokan.







